Senin, 07 Februari 2011

interaksi sosial

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan proses interaksi sosial. Maryati dan Suryati (2003) menyatakan bahwa, “interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau intermulasi dan respon antar individu, antara kelompok atau antar individu dan kelompok”. Dan berbagai macam pendapat akan dikemukakan dibagian pembahasan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud interaksi sosial?
2.      Apa ciri-ciri interaksi sosial?
3.      Apa syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?
4.      Apa sajakah faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial?
5.      Apa sajakah bentuk-bentuk interaksi sosial menurut jenis terjadinya lembaga, kelompok dan organisasi sosial?
6.      apa sajakah unsur-unsur berinteraksi?
C.     Tujuan Masalah
Mengetahui apa yang dimaksud interaksi sosial itu sendiri dan apa saja yang terdapat pada interaksi sosial.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Interaksi Sosial
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang menimbulkan suatu proses interaksi sosial.
Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau insterstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiatmuko dan Handayani (2004), “interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilakan suatu proses pengaruh dan mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Siagan (2004), “interaksi positif  hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung”.
Berdasarkan definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu hubungannya dalam antar individu, antar kelompok, maupun antar individu dan antar kelompok.
B.     Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri-ciri interaksi sosial, antara lain:
a.       Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b.      Terjadinya komunikasi diantara pelaku melalui kontak sosial
c.       Mempunyai maksud tujuan yang jelas
d.      Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
C.     Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat dibawah ini:

a.       Kontak Sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing-masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b.      Komunikasi
Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
D.    Faktor-Faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial
Interaksi sosial terbentuk dari faktor-faktor berikut ini:
1.      Tindakan Sosial
Tidak semua tindakan manusia dinyatakan sebagai tindakan sosial misalnya: seprang pemuda yang sedang menghayalkan gadis impiannya secara diam-diam. Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seseorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat. Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu:
a.       Tindakan Rasional Instrumental: tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan. Contohnya: bekerja keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup.
b.      Tindakan Rasional Berorientasi Nilai: tindakan-tindakan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar dalam masyarakat. Contoh: tindakan-tindakan yang bersifat religio-magis.
c.       Tindakan Tradisional: tindakan yang tuidak memperhitungkan pertimbangan rasional. Contohnya: berbagai macam upacara/tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur
d.      Tindakan Ofektif: tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang berdasarkan perasaan atau emosi.
2.      Kontak Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari kontak sosial dapat dilakukan dengan cara:
a.       Kontak sosial yang dilakukan menurut cara pihak-pihak yang berkomunikasi. Cara kontak sosial itu ada 2 macam yaitu:
·         Kontak Langsung: pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung keada pihak komunikan
·         Kontak Tidak Langsung: pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga.
b.      Kontak sosial yang dilakukan menurut terjadinya proses komunikasi ada 2 macam kontak sosial yaitu:
·         Kontak Primer
·         Kontak Sekunder
3.      Komunikasi Sosial
Komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Orang-orang yang menyampaikan komunikasi tersebut disebut komunikator, orang yang menerima komunikasi disebut komunikan. Tidak selamanya kontak sosial akan menghasilakan interaksi sosial yang baik apabila proses komunikasinya tidak berlangsungnya secara komunikatif. Contoh: pesan yang disampaikan tidak jelas, berbelit-belit, bahkan mungkin sama sekali tidak dapat dipahami.
E.     Bentuk-bentuk interaksi sosial yang mendorong menurut terjadinya lembaga, kelompok dan organisasi sosial
1.      Bentuk interksi sosial menurut jenis pelakunya
a.       Interaksi antara individu dan individu
Individu yang satu memberikan pengaruh. Rangsangan/stimulasi kepada individu lainnya. Wwujud interaksi bisa dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar.
b.      Interaksi antara individu dengan kelompok
Bentuk interaksi antara individu dengan kelompok misalnya, seorang ustadz sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk semacam ini menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok.

c.       Interaksi antara kelompok dengan kelompok
Bentuk interaksi seperti ini berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contoh: satu kesebelasan sepak bola bertanding melawan kesebelasan lain.
2.      Bentuk interaksi sosial menurut proses terjadinya
·         Imitasi
Imitasi adalah pembentukan nilai melalui dengan meniru cara-cara orang lain. Contoh: seorang anak sering kali kebiasaan-kebiasaan orang tua.
·         Identifikasi
Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya. Contoh: seorang anak laki-laki yang begitu dekat dan akrab dengan ayahnya suka mengidentifikasi menjadi sama dengan ayahnya.
·         Sugesti
Sugersti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok. Kelompok kepada kelompok kepada sorang individu. Contoh: seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat “kenakalan remaja”, tanpa memikirkan akibatnya kelak.
·         Motivasi
Motivasi juga diberikan dari seorang individu kepada kelompok. Contoh: pemberian tugas dari seorang guru kepada muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya mereka mau belajar dengan rajin dan mau tanggungjawab.
·         Simpati
Perasaan simpati itu juga bisa disampaikan kepada seseorang atau kelompok orang atau juga lembaga formal pada saat-saat khusus. Misalnya apabila perasaan simpati itu timbul dari seorang pejaka terhadap seorang gadis atau sebalikanya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih atau kasih sayang.

·         Empati
Empati itu dibarengi perasaan organisme tubuh sangat dalam. Contoh jika kita melihat orang celaka sampai luka berat dan orang itu kerabat kita, maka perasaan empati menempatkan kita seolah-olah kita ikut celaka.
F.      Tiga unsur berinteraksi
1.      Individu
Individu terdiri dari dua dimensi, yaitu fisik dan piskis. Sikap, perbuatan, emosi dan sebagainya merupakan refleksi gabungan dari kedua dimensi ini. Tiap dimensi ini merupakan refleksi gabungan dari kedua dimensi ini. Tiap dimensi ini sebenernya mempunya proses lahiriah dan potensi batiniah. Potensi lahiriah yang mengacu pada potensi fisik, sedangkan potensi batiniah dapat berupa piskis. Potensi-potensi tersebut termasuk sebagaian besar termasuk potensi naluriah. Ahli ilmu jiwa berbeda pendapat dalam menetapkan atau menentukan macam potensi naluriah.
a.       Segi Fisik
Kehadiran seseorang atau individu dalam kelompok keluarga maupun kelompok keluarga maupun kelompok masyarakat ditandai dengan wujud fisiknya. Wujud fisik sebagai bagian dari alam selalu tunduk pada alam. Wujud fisik ini tersusun dan mempunyai struktur fisika, seperti mempunyai berat, volume, dan sifat fisika lainnya.
Namun, makhluk hidup mempunyai ciri sendiri dan selalu mengalami perubahan dan perkembangannya. Faktor-faktor ini biasanya disebut dengan faktor penunjang kelangsungan hidup. Menurut Siswanto (1988) tahap perkembangan biologis atau fisik manusia itu menurut beberapa pendapat adalah sebagai berikut:
1.      Pendapat Aristoteles
Perkembangan piskis menusia menurut Aristoteles terjadi pada setiap masa tujuh tahun, artinya setiap kelipatan tujuh tahun terjadi  perubahan.
Tahap I            : 0 th- 7 th       : masa anak kecil atau masa bermain
Tahap II          : 7 th- 14 th     : masa anak, masa remaja atau masa sekolah rendah
Tahap III         : 14 th- 21 th   : masa remaja, atau pubertas masa peralihan dari anak menjadi dewasa
2.      Pendapat Kretschmen
Kretscehmen mengemukakan 4 tahap perkembangan yang terjadi pada fisik manusia.
Tahap I            : 0 th- 3 th       : fullung periode I, anak kelihatan pendek dan gemuk.
Tahap II          :3 th- 7 th        : strekcing periode I, anak kelihatan langsing.
Tahap III         : 7 th- 13 th     : fullung periode II, anak kelihatan pendek dan gemuk kembali.
Tahap IV         : 13 th- 20 th   : strecking periode II, anak kelihatan langsing.
3.      Pendapatan Sigmund Freud
Freud mengungkapkan 6 tahap perkembangan yang terjadi pada fisik manusia antara lain:
Fase oral I       : 0 th- 1 th       : mulut merupakan pokok aktivitas dinamik
Fase anak        : 3 th- 5 th       : dorongan dan tekanan terpusat pada pembuangan kotoran
Fase laten        : 5 th- 12 th/13 th: implus cenderung untuk ada dalam menyerap
Fase pubertas  : 12/13 th- 20 th: implus menonjol kembali
Faktor-faktor penunjang kehidupan manusia antara lain:
Pangan: terdiri atas zat/sumber tenaga, seperti karbohidrat, lemak, protein, dan zat pembangunan, seperti protein, mineral, dan air, serta zat pengatur seperti vitamin, mineral, protein dan air.
Sandang: sebagai alat adaptasi terhadap kondisi alam (iklim) yang berlainan, misalnya panas dan dingin.
Papan: usaha berlindung dari ancaman alam yang tidak bersahabat, seperti hujan, terik matahari, binatang buas, dan sebagainya.
Untuk keperluan ini, manusia selalu berhubungan dengan lingkungannya.interaksi dengan lingkungan itulah yang menyebabkan adanya perubahan lingkungan. Disamping itu manusia dipengaruhi manusia juga oleh lingkungannya maka tidak heran apabila ada perbedaan ketahanan fisik antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
b.   Segi Psikis
Wujud individu ini tidak pernah lepas dari wujud piskisnya. Wujud pisikisnya ini termasuk bersama-sama membentuk individu. Fungsi piskis sangat berpengaruh terhadap  gerak dan tingkah laku fisik, dalam arti tingkah laku dan perbuatan individu merupakan refleksi psikisnya, sedangkan tingkah laku fisik berpengaruh pada fungsi piskis.
Tenaga kejiwaan yang sangat menonjol oleh Sigmund Freud disebut libido seksualis. Libido seksualis ini merupakan naluri tunggal dan merupakan sumber dari semua tingkah laku dan perbuatan manusia.
Libido seksualis sebagai sumber perbuatan dan tingkah laku mmanusia melahirkan dorongan, yaitu dorongan untuk hidup dan dorongan untuk mati. Dorongan untuk hidup menyebabkan terjadinya tindakan distruktif.
Menurut Ahmad D. Marimba (1980), tenaga kejiwaan berupa karsa, cipta, dan rasa.
·         Karsa, meliputi kemampuan yang merupakan sumber dorongan (kekuatan) dari suatu kegiatan. Termasuk didalammya dorongan nafsu keinginan, hasrat hawa nafsu, dan kemampuan.
·         Rasa, meliputi kemampuan yang memberi sifat pada kegiatan berupa keharusan, kesenangan, ketidaksenangan, dan lain-lain. Yang berhubungan erat dengan jasmaniah, seperti rasa sakit, rasa dingin, dan lain-lain disebut sebagai perasaan jasmaniah.
·         Cipta, merupakan kemampuan yang dapat menciptakan sesuatu dan memecahkan persoalan-persoalan, dapat mencari jalan yang tepat untuk sesuatu kegiatan.
Fungsi psikis sebagai bagian dari makhluk hidup selalu mengalami perubahan (perkembangan). Perkembangan ini terjadi dalam beberapa tahapan. (siswanto, 1988)
c.       Pengaruh Lingkungan terhadap Individu
Individu sebagai bagian dari alamnya hidup bersama lingkungan alamnya, baik lingkungan meaterial maupun lingkungan sosial. Kondisi alam yang berubah, seperti perubahan geografis. Penyesuaian diri ini dapat timbul dari dalam, seperti terwujudnya kreativitas atau gerak refleks, maupun timbul dari luar karena meniru atau sebagai hasil dari latihan stau pendididkan. Proses masuknya pengaruh luar disebut internalisasi.
Banyak sekali pengaruh dari luar yang menyebabkan terjadinya perubahan pada individu. Pembentukan disini dapat berarti perubahan sikap maupun kondisi fisik dan psikis dari sifat yang kurang responsif terhadap berbagai kegiatan menjadi individu responsif terhadap berbagai keadaan yang dihadapi.
Pada dasarnya seorang individu tidak dapat keluar dari otoritas hukum alam dan kaidah norma sosial. Itulah sebabnya, penyimpangan dari keadaan yang semacam ini menyebabkan ia menjadi korban dalam alam sekelilingnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia harus dibentuk dengan bermacam materi dan kondisi. Pembentukan individu yang melalui pengaruh lingkungan masuk kedalam individu ketika ia masih dalam kandungannya dengan berbagai tindakan.
Faktor lingkungan yang sangat mendukung dan menolong kehidupan jasmani dan rohani, menyebabkan individu dapat berkembang. Banyak ahli yang menyatakan bahwa individu tidak mempunyai arti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang mempengaruhi. (Sanapial Faisal, 1987)
Keluarga, sebagai lingkungan sosial pertama yang secara aktif mempengaruhi individu, mempunyai perana yang sangat penting dalam pembentukan individu. Bagi individu yang belum bisa berdiri sendiri, ketergantukan banyak bertumpu kepada kelompok ini. Pada keluarga, ketergantungan individu tidak dapat dikaitkan pada hak dan kewajiban.
2.      Keluarga
Kelompok individu yang utama bahkan yang pertama keluarga. Keluarga dapat dibentuk melalui persekutuan-persekutuan individu karena adanya hubungan adanya hubungan darah perkawinan atau adopsi.
Keluarga dibentuk dari dua orang individu yang berlainan jenis kelamin, yang diikat dengan tali perkawinan secara dejure tidak dianggap sebagai bagian dari keluarga. Artinya, tidak mempunyai hubungan sedarah dengan salah satu atau kedua orang yang orang tua yang mempunyai hubungan darah dengan salah satu kedua orang tua yang menurunkannya.
Jika seorang wanita pindah kekeluarga suami, hal ini oleh William J. Goode disebut sebagai patrilokal. Jika yang laki-laki masuk kekeluarga sang istri disebut matrilokal, sedangkan bila mereka pindah ketempat tersendiri disebut dengan neolokal.
Keterpisahan seseorang dari keluarga baik karena ikut mertua, membentuk rumah sendiri, tidak akan menghilangkan kekerabatan diantara keluarga asalnya, karena kekerabatan ini terkait dengan garis keturunan, baik dari pihak ayah maupun ibu, serta perkawinan dan adopsi.
Kekerabatan seseorang dengan orang lain karena adanya keterkaitan dengan garis keturunan dari pihak ayah disebut patrinial, sedangkan apabila kekerabatan seseorang dengan orang lain karena adanya keterikatan garis keturunan pihak ibu disebut matrnial.
Kekerabatan yang dibentuk secara patrinal maupun matrinal disebut dengan klen kecil, sedangkan keluarga besar adalah kelompok kekerabatan yang keterunan dari suatu nenek moyang. Klen-klen ini sifatnya lebih besar dan lebih luas daripada keluarga.
Dilihat dari segi tanggungjawab dan kewajiban, kekerabatan keluarga disini termasuk dalam persekutuan gemein schaft, yaitu perikatan manusia dengan pertasaan kesetiakawanan dan kesadaran kolektif yang besar. Lawannya adalah persekutuan gessel schaft, yaitu perikatan yang jauh pertaliannya. (Bouman, 1976)
Dalam persekutuan geiment schaft ini, masalah hak dan kewajiban serta tanggung jawab dari anggotannya tidak terlalu menjadi tuntutan. Atas dasar kesetiakawanan yang mendalam dan kekerabatan yang rapat, maka tanggung jawab dan kewajiban ditanggung bersama tanpa memperhitungkan untung rugi antar sesama anggotanya. Namun sebaliknya, persekutuan gesses schaft ditandai dengan setiap peran yang dilakukan tiap anggotanya memperhitungkan sebagai kewajiban yang harus ditunaikan. Individu yang tidak menuanikan kewajiban maka tidak akan mendapatkan haknya. Tidak ada seseorang yang mau menanggung resiko perbuatan akibat perbuatan orang lain.
a.       Pengaruh Keluarga terhadap Anggotanya
Karakteristik keluarga dapat didenifikasikan dengan hal-hal berikut:
1.      Keluarga terdiri atas orang-orang yang bersatu karena iaktan perkawinan, darah atau adopsi. Yang mengikat suami dan istri adalah perkawinan, yang mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah (umum) dan kadang-kadang adopsi (pengangkatan)
2.      Para anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah, dan mereka membentuk satu rumah tangga itu.
3.      Keluarga merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami istri, peran saudara. Peran-peran ini erat kaitannya dengan tradisi masyarakat setempat, perasaan-perasaan yang muncul dari pengalaman keluarga itu.
4.      Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama, yang sebagaian besar berasal dari kebudayaan umum. Akan tetapi, pada masyarakat yang terdapat banyak kebudayaan, setiap keluarga mengembangkan kebudayaan itu sendiri.
Menurut Abu Ahmadi, ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keluarga, yaitu:
1.      Status sosial ekonomi keluarga
2.      Faktor keturunan keluarga
3.      Sikap dan kebiasaan orang tua
Disamping itu, perlu adanya kepatuhan setiap anggota keluarga terhadap norma yang sudah diterapkan oleh anggita keluarga itu sendiri. Adanya kepatuhan ini mencerminkan tingkat penerimaan anggota keluarga terhadap pengaruh keluarga, kepatuhan ini adalah sarana suatu hal
b.      Perkawinan sebagai elemen pembentukan keluarga
perkawinan dapat diasumsikan sebagai keterikatan seorang pria dan wanita untuk menjalin hubungan dan hidup bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dari segi hukum adalah ikatan lajir dan batin antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dengan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarjkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU Perkawinan 1974)
Ahli sosiologi memandang perkawinan sebagai persatuan antara satu orang pria atau lebih dengan seorang wanita atau lebih yang diberi kekuatan sanksi social, dalam suatu hubungan suami istri. (Dewi Sulistyo, 1986)
Perkawinan sebagai upaya dasar untuk pembentukan keluarga dimulai sejak pemilihan jodoh, agar pihak pria dan wanita sebagai calonsuami istri dipilih orang-orang yang dapat memegang masing-masing peran dan menempati fungsinya. Dengan adanya perkawinan, akan lahir keturunan yang sah dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat keturunan secara fisik dan hukum merupakan dari bagaian keluarga yang sah.
c.       Fungsi Keluarga
Menurut William F. Obgrun, sebagaimana dikutip (Dwi Sulisyo, 1986) fungsi keluarga secara luas berupa:
a.       fungsi pelidung
b.      fungsi ekonomi
c.       fungsi pendidikan
d.      fungsi rekreasi
e.       fungsi agama

Merstedt mengemukakan fungsi keluarga
a.       mengatur dan menguasai implus-implus
b.       membantu
c.       Menegakkan antar budaya
d.      Mewujudkan status
4.      Mayarakat
Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk masyarakat. Manusia selalu hidup bersama dan berbeda diantara manusia lainnya. Dalam bentuk konkretnya, manusia bergaul, berkomunikasii dan berinteraksi denaggn manusia lainnya. Keadaan ini yang terjadi karena dalam diri manusia terdapat dorongan untuk hidup bermasyarakat dan dorongan keakuan yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri.
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampaakkan dirinya dalam berbagai bentuk, seperti berkoperasi, hubungan antar pribadi, meningkatkan diri ppada kelompoknya, dan sebagainya. Dorongan semacam ini akan jelas wujudnya bilamana mendapatkan bimbingan dan latihan dari orang sekitar.
Karena tiap individu yang lahir ke dunia ini telahh memiliki atau membawa dorongan kemasyarakatan, dengan sendirinya ia selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. 
Lebih lanjut sikap kemasyakratan menurut P. J. Bouman (1976) karena adanya beberapa faktor
a.       Kecendrungan sosial
b.      Rasa harga diri
c.       Kecndrungan untuk patuh
d.      Kecendrungan untuk mandiri
e.       Kecendrungan menurut
f.       Hasrat tlong menolong dan meniru
g.      Hasrat berjuang
h.      Hasrat memberi tahu dan sifat mudah menerima

A.    Bentuk-Bentuk Mayarakat
Dari segi pengelompokan, masyarakat terbagi atas masyarakat paguyuban (geiment schaft) dan masyarakat petambayan (gesel schaft).
1.      Mayarakat Paguyuban (geiment schaft)
Masyarakat in dapat diartikan persekutuan hidup. P. J. Boumant (1976) mengungkapkan arti masyarakat paguyuban ini sebagai suatu persekutuan manusia yang disertai dengan  perasaan setia kawan dan keadaan kolektif yang besar.
Ciri-ciri masyarakat paguyuban diantaranya:
a.       Rela berkorban untuk kepentingan bersama
b.      Pemenuhan hak tidak selalu dikaitkan dengan kapasitas pemenuhan kewajiban
c.       Solidaritas yang sangat kokoh dan bersifat permanen
2.      Masyarakat Patembayan (Gessel Schaft)
Bila dibandingkan dengan masyarakat baguyuban, masyarakat patembayan mempunyai pertalian yang lebih renggang. P. J. Boumant mengibaratkan pertalian masyarakat patembayan ini seperti tumpukan pasir, yang tiap butir-butirnya pasir dapat terpisah dari butir lainnya. Contohnya organisasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan ragamnya.
Ciri-ciri masyarakat patembayan diantaranya:
a.       Pemenuhan hak seseorang didasarkan pada pemenuhan kewajiban
b.      Solidaritas antara anggota tidak terlalu kuat dan hanya bersifat sementara
B.     Tingkatan-tingkatan masyarakat
Ditinjau dari akibat perubahan dan perkembangan yang terjadi, bentuk masyarakat dapat diklasifikasikan pada masyarakat tradisional dan masyarakat modern
1.      Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional, sebagai bentuk dari kehidupan bersama, mempunyai keterikatan yang sangat erat dengan lingkungan kehidupannya, baik manusia maupun benda. Hal ini dapat dimengerti dengan melihat mata pencaharian terpusat pada sektor pertanian dan nelayan.
Kebutuhan sandang, pangan, papan ddapatkan atau dipenuhi dari alam. Kesederhanaan teknologi yang dipergunakan oleh petani dan nelayan menyebabkan ia sangat bergantung pada kondisi alam. Modal yang paling menonjol pada mereka adalah pemilikan tanah pada masyarakat tradisional bsnysk tumbuh tuan tanah yang mempunya pertanian dan perkebunan. Akibat penguasaan lahan pertanian dan perkebunan oleh tuan tanah yang relatif kecil dibandingkan dengan masyarakat umum, lahirlah elite masyarakat yang bersistem feodal. Bagian masyarakat yang tidak mempunyai tanah harus menggantungkan penghidupannya pada tuan-tuan tanah sebagai buruh sehingga timbul dominasi kaum feodal. Kaum feodal yang menjadi tempat bergantungnya masarakat, menempatkan diri untuk menjadi tokoh masyarakat atau pemimpin.
Karena dominasinya kepemimpinannya bercorak pemimpin oktoritas dan sedangkan kaun buruh. Dalam kehidupan yang serba sederhana ini, pekerjaan-pekerjaan seperti, bertani, mendirikan rumah dan lain-lain. Keadaan ini membentuk sikap dan hubungan yang sangat erat antar individu. Oleh karena itu, gotong royong atau tolong menolong merupakan ciri lain dari masyarakat tradisional.
2.      Masyarakat Modern
Masyarakat modern ini merupakan pola perhubungan dari masyarakat tradisional yang telah mengalami kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu ukuran kemajuan dapat dilihat pada pola hidup dan kehidupannya. Dibidang mata pencaharian, mereka tidak bergantung pada sektor pertanian semata, tetapi merambat pada sektor lain seperti perdagangan dan jasa.
Apabila masyarakat tergantung pada kemurahan alam semesta seperti, cuaca atau kesuburan tanah, dan sebaliknya masyarakat modern pada masalah cuaca atau kesuburan tanah yang tidak menguntungkan dan dapat diantisipasi sedemikian rupa dengan menggunakan teknologi.  
 









BAB III
PENUTUP
Dalam interaksi ada 3 unsur, yaitu:
1.      Individu
Individu terdiri dari 2 dimensi, yaitu:
a.       Fisik, maksudnya adalah wujud fisik seperti halnya gerakan anggota badan, panca indera dan lain-lain.
b.      Psikis, maksudnya adalah kondisi jiwa.
Pengaruh Lingkungan Terhadap Individu
Individu sebagai bagaian dari alamnya hidup bersama lingkungan alamnya, baik lingkungan material maupun lingkungan social. Kondisi alam yan berubah menyebabkan perubahan pada individu. Karena itu setiap individu harus berinteraksi terhadap lingkungannya. Penyesuaian diri ini dapat timbul dari dalam seperti latihan atau pendidikan. Proses masuknya pengaruh dari luar ini disebut internalisasi.
2.      Keluarga
Keluarga adalah kelompok individu yang utama bahkan yang pertama. Keluarga merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi.
Menurut Abu Ahmadi, ada beberapa factor yang sangat berpengaruh terhadap keluarga, yaitu:
a.       Status social ekonomi
b.      Factor keturunan keluarga
c.       Sikap dan kebiasaan orang tua
3.      Masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang hidup dalam suatu tempat. Tiap individu yang lahir ke dunia telah memiliki dan membawa dorongan kemasyrakatan. Menurut Adler dorongan masyarakat inilah yang menyebabkan individu dapat menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.
Bentuk-bentuk masyarakat
Dari segi pengelompokannya masyarakat terbagi atas:
a.       Masyarakat paguyuban (gemein schaf)
Yaitu suatu persekutuan manusia yang disertai perasaan kesetiakawanan dan keadaan kolektif yang besar.
Ciri-ciri masyarakat paguyuban
1.      Rela berkorban untuk kepentingan bersama
2.      Pemenuhan hak tidak selalu dikaitkan dengan kapasitas pemenuhan jiwa
3.      Solidaritas yang sangat kokoh dan bersifat permanen
b.      Masyarakat Patembayan (gesel schaft)
Yaitu organisasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan ragamnya, keterikatan mereka hanya diletakkan pada dasar untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga sifat keakuan tiap individu pada maysarakat ini masih menonjol.
Ciri-ciri masyarakat ini adalah:
1.      Pemenuhan hak seseorang didasarkan pada pemenuhan kewajiban
2.      Solidaritas antara anggota tidak terlalu kuat dan hanya bersifat sementara
Struktur social
Struktur social adalah susunan terhadap sesuatu yang memiliki bagian-bagian atau unsur-unsur dan membentuk susunan.
Cirri-cirinya adalah:
a.       Bersifat abstrak
b.      Terdapat dimensi yang vertical dan horizontal
c.       Sebagai landasan sebuah proses social suatu masyarakat
d.      Bagian dari system pengaturan kata kelakuan dan pola hubungan masyarakat
e.       Selalu berkembang dan dapat berubah
Adapun unsur-unsur struktur social
a.       Kelompok social
b.      Kebudayaan
c.       Lembaga social
d.      Stratifikasi social
e.       Kekuasaan dan wewenang
Fungsi struktur social adalah:
a.       Sebagai dasr untuk menanamkan suatu system social
b.      Sebagai pengawas social
c.       Merupakan karakteristik yang khas yang memiliki masyarakat hingga dapt memberikan warna yang berbeda dari masyarakat lain.      











DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar