Minggu, 08 Mei 2011

Bagaimana harga secara agregate bisa ditentukan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhinya? jelaskan dengan kasus permintaan agregate dengan komoditi tertentu dipropinsi tertentu atau negara tertentu.

Bagaimana harga secara agregate bisa ditentukan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhinya?  jelaskan dengan kasus permintaan agregate dengan komoditi tertentu dipropinsi tertentu atau negara tertentu.
Dari pertanyaan diatas terdapat tiga point penting yang harus digarisbawahi dalam hal ini, yang pertama bagaimana menentukan harga secara agregat, yang kedua faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi suatu agregat kemudian yang ketiga dengan memberikan contoh studi kasus yang terjadi di Negara atau Propinsi tertentu.
Sebelum saya memasuki pertanyaan pertama bagaimana harga suatu agregat bisa ditentukan, saya akan membahas dan menyinggung kembali tentang apa yang berhubungan dengan bagaimana pendapatan nasional secara merata didistribusikan karena adanya hubungan ketergantungan dengan penentuan harga secara agregat. Dari metode pengeluaran/penggunaan terdapat agregatte expendenture. Yang dimaksud agregate expendenture disini adalah  suatu pendapatan yang dipengaruhi yaitu rumah tangga sebagai konsumen (C), rumah tangga swasta sebagai produsen (I), rumah tangga pemerintah (G) dan yang terakhir ekspor neto (X-M).[1] Dengan menjumlahkan semua pengeluaran/penggunaan itulah yang disebut sebagai Agregate Expenditure. Kita bisa melihat apa yang dinamakan agregatte expendenture adalah pembahasan bagaimana perilaku ekonomi dalam pasar terhadap pemenuhan kebutuhan pembelanjaan/pengeluarannya. Seperti yang dikatakan Iskandar Putong dalam bukunya Pengantar Ekonomi Makro adalah keseimbangan antara pasar uang dan barang (analisis IS-LM) ditinjau dari teori klasik dan Keynes. Dan teori tersebut secara tidak langsung berhubungan antara pasar uang dan barang memiliki hubungan saling ketergantungan dan membutuhkan satu sama lain, meskipun dalam  perkembangan selanjutnya komoditas uang tersebut telah menjadi komoditi sendiri yang diperdagangkan dalam pasar uang. Disisi lain komoditas suatu pasar akan dipengaruhi apabila terjadinya pertukaran barang, demikian juga yang terjadi dengan barang pasar terjadi apabila adanya pengeluaran uang.
Aggregate (agregat) adalah total untuk keseluruhan perekonomian.[2]Maksudnya total keseluruhan dari seluruh perekonomian adalah total atau jumlah dari pengeluaran/penggunaan pada agregate expendenture. Kemudian saya akan menyinggung kembali dengan pertanyaan sebelumnya yaitu bagaimana harga secara agregate ditentukan. Harga adalah element produk marketing mix yang penting karena mempunyai pengaruh langsung terhadap jumlah penjualan.[3] Harga jual produksi menentukan kemampuan perusahaan menembus segmen-segmen pasar, dan perusahaan disini menentukan suatu harga dengan melihat bagaimana keadaan yang terjadi dipasar dan masyarakat menurut saya adalah suatu harga yang bisa ditentukan secara agregate bisa kita lihat kembali proses agregat yang ada pada suatu perekonomian yang berlaku deari suatu negara dan bisa kita lihat dari dua sudut, yaitu yang pertama faktor permintaan dan yang kedua produksi barang. Faktor permintaan yang ada pada suatu produksi akan bisa menentukan harga secara agregate. Perusahaan melihat dari berapa harga yang dikeluarkan, dan harga secara relevan tidak menimbulkan kerugian antar sesama, yaitu antara produsen dan konsumen. Begitu juga pada sektor suatu pemerintahan bagaimana pengeluaran yang ada tidak sampai merugikan dua belah pihak antara sektor pemerintahan dengan konsumen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga adalah sebagai berikut:
1.      Faktor permintaan suatu barang dan jasa, kemudian apa yang menentukan permintaan terhadap barang dan jasa berhubungan dengan apa yang bisa menentukan suatu harga secara agregate.
a.       faktor konsumsi, pengeluaran konsumsi adalah bagian dari pendapatannya yang dibelanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran ditambahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Kemudian konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatan seseorang tersebut. Secara makroagregate pengeluaran konsumsi mayarakat berbanding lurus dari pendapatan nasional.[4] Semakin besar pendapatan yang didapat semakin besar pula pengeluaran konsumsi yang dikeluarkan, demikian pula semakin kecil pendapatan seseorang maka semakin kecil pula pengeluaran seseorang.
b.      Faktor investasi, mengapa saya katakan disini karena penanaman modal merupakan langkah awal dari faktor produksi. Dinamika yang semacam ini secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana tinggi rendahnya suatu pertumbuhan perekonomian dan secara khusus juga bisa menentukan suatu harga secara agregat pada proses perekonomian. Baik perusahaan dan pemerintah membeli barang-barang investasi yang dibutuhkan untuk melakukan proses ekonomi. Pengaruh ini secaara relevan bisa menentukan harga secara agregat.
c.       Faktor pembelian pemerintah atau belanja pemerintah, dan permintaan pemerintah atau belanja pemerintah termasuk unsur yang mempengaruhi permintaan agregate. Dengan adanya belanja pemerintah pengeluaran belanja pemerintah tersebut akan berbanding bersamaan dengan pemasukannya. 
d.      Faktor ekspor dan import. Nilai jumlah produksi barang dan jasa pada tiap tahun, dimana jumlah tersebut diukur dengan harga-harga yang harus dibayar atau dengan jumlah pengeluaran semua pihak pembeli dalam tahun tersebut.
2.      Startegi harga dan distribusi produk. Menurut Siswanto Sutojo bahwa ada beberapa ketimpangan untuk menentukan strategi harga produk:
a.       Tujuan strategi produk
Tujuan strategi produksinya harus jelas mau dibawa kemana produksi tersebut dan untuk siapa produksi barang tersebut diproduksi.
b.      Elastisitas harga
Elastisitas adalah jumlah permintaan dan penawaran yang berubah. Bila harga berubah misalnya, maka tingkat penawaran dan permintaan suatu barang akan berubah dan mempengaruhi penentjuan harga secaara agregate.
c.       Persaingan pasar
Persaingan pasar ini juga faktor utama yang mempengaruhi dari perkembangan suatu harga. Persaingan yang terjadi karena ada pengeluaran dan pendapatan antar produksi dan konsumsi.
d.      Pengaruh pemerintah
Pelaku pemerintah dalam mengawasi dan mengontrol suatu stabilitas harga.
3.      Biaya pengadaan produk adalah bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual. Penentuan harga jual ditentukan oleh para produksi dengan melihat keadaan pasar yang ada dan melihat pada keadaan masyarakat yang berkembang. Sehingga perusahaan yang menghasilkan suatu barang dan jasa tidak lantas menerima kerugian yang signifikan, begitu pula yang terjadi pada masyarakat yang berperan sebagai konsumen utama tidak lantas dirugikan.
4.      faktor pelanggan, ketentuan suatu harga dan kepastian harga itu naik apa harga itu turun tergantung kepada penawaran (supply) dan permintaan (demand). Tergantung dari pelanggan yang mengkonsumsi suatu barang dan jasa demi mempertahankan kesejahteraan hidupnya.  
5.      Suku bunga, suku bunga disini kenapa bisa dikatakan sebagai faktor yang mempengaruhi suatu harga dikarenakan bunga dari suatu barang atau jasa bisa digunakan sebagai tolak ukur dari suatu tingkat harga.
6.      Kekayaan, kekayaan suatu produksi yang memproduksi suatu barang bisa mempengaruhi suatu harga secara agregate. Kita melihat dari harga yang sudah ditentukan sebuah produksi atau harga dunia, dan kalau suatu harga bisa naik secara agregate apabila kekayaan negara bertambah, dan daya beli akan meningkat.
Dari melihat faktor-faktor yang telah saya sebutkan diatas akan menimbulkan suatu permintaan agregat dan penawaran agregat. Istilah permintaan agregate merupakan konsep yang sangat baru. Permintaan agregate (agregate demand) adalah tingkat total permintaan dalam perekonomian, yakni total dari semua pengeluaran yang diinginkan pada setiap saat dengan semua kelompok dalam perekonomian.[5] Menurut (Sadono, 2006) permintaan agregate dan penawaran agregate merupakan analisis keseimbangan ekonomi negara dalam keadaan harga yang mengalami perubahan. Dan dapat disimpulkan bahwa analisis yang ada yaitu analisis permintaan agregate dan penawaran agregate merupakan titik keseimbangan pada suatu perekonomian. Jika suatu keseimbangan tidak bisa terjadi di sektor perekonomian maka pemerintah menanamkan dua kebijakan-kebijakan yang setidaknya bisa membantu.
Dua faktor ceteries parabus yang sangat berpengaruh terhadap permintaan agregate. Kedua faktor tersebut adalah kebijakan yang langsung diambil oleh pemerintahan yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Yang dimaksud kebijakan moneter yaitu kebijakan yang bertujuan mengarahkan ekonomi makro ke kondisi yang diinginkan dengan mengatur uang yang beredar.[6] Jika pemerintah dalam hal ini memberikan kebijakan uang yang ketat maka jumlah uang beredar akan berkurang. Besar kemungkinan hal ini akan dapat mengurangi daya beli secara agregat. Akibat dari pengurangan daya beli maka komoditas kerugian pada produksi akan mencapai kerugian dan akibatnya mencapai tahap yang berpengaruh terhadap masyarakat yaitu pengangguran merajarela. Sedangkan kebijakan fiskal adalah Ditentukan disini  kebijakan ekonomi yang yang bertujuan mengarahkan ekonomi makro ke kondisi yang lebih baik atau yang dinginkan dengan mengatur anggaran pemerintah, terutama sisi pengeluaran dan penerimaan.[7] Dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut para ekonom masih berfikir tajam dengan kebijakan-kebijakan tersebut memiliki pengaruh besar terhadap pasar barang (IS) dan pasar uang (LM). Dan penemuan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal merupakan penemuan yang sangat penting dikarenakan penemuan tersebut adalah determinan penting dari permintaan agregate.
Dari permintaan agreagte dalam ekonomi, perencanaan produksi merupakan kegiatan yang sangat penting dari seluruh kegiatan produksi atau suatu perusahaan. Untuk perusahaan yang memproduksi banyak item item produk, maka akan menjadi lebih rumit. Untuk itu dibuat perencanaan produksi agregate.[8] Kemudian dalam memproduksi perusahaan memiliki tujuan yang akan dicapai, dalam pencapaian suatu tujuan pasti tidak akan sejalan secara terus menerus. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu perencanaan produksi yang dapat mengakomodasi tujuan sehingga berjalan dengan baik.perencanaan agregate ini digunakan untuk membuat suatu tujuan yang akan digunakan demi berlangsungya suatu usaha, dari perencanaan agregate kemudian dilanjutkan dengan rencana bahan baku, bagaimana merencanakan suatu bahan baku yang berkualitas dan terjamin mutunya sehingga berpengaruh pada nilai jual yang tinggi.
Studi Kasus
Dengan mengambil dari pasar kopi yang sekarang menjadi pembicaraan yang hangat sekarang ini dikarenakan meningkatnya harga kopi yang cukup bisa mencekik para konsumen dan produsen. Contoh harga kopi dunia terus merangkak naik dibulan-bulan awal tahun 2011. Di bursa NYSE Liffe London yang dikutip pada majalah KONTAN. Misalnya, harga kopi Rabusta pengiriman Mei 2011 sudah mencapai US$ 2.127 per metrik ton. tingkat harga tersebut merupakan rekor tertinggi dalam 14 tahun terakhir.
Kenaikan harga yang melejit tersebut dikarenakan atau disebabkan  kekhawatiran akan terbatasnya pasokan akibat kekeringan yang melanda beberapa negara produsen kopi. Misalnya di Negara Vietnam ratusan hektare perkebunan kopinya terancam gagal panen akibat musim kemarau yang berkepanjangan.[9] Seperti yang dikatakan oleh Benoit Fromegat, Kepala Desk Perdagangan Kopi freework LLP U.K. yang berbasis di Jenewa, Swiss dan dikutip oleh Bloombreng mengatakan persediaan global terkikis secara cepat, dunia membutuhkan produksi yang lebih banyak untuk memulihkan persediaan kopi. Disisi lain permintaan kopi dunia terutama negara-negara eropa terus meningkat dan akibat dari permintaan dari konsumen terus meningkat sedangkan produsen terus mengalami kekagalan (gagal panen) dikarenakan faktor iklim yang kurang menentu dan faktor inilah yang menyebabkan harga merangkak naik. Kenaikan harga yang melejit tersebut dikarenakan atau disebabkan  kekhawatiran akan terbatasnya pasokan akibat kekeringan yang melanda beberapa negara produsen kopi. Teori klasik menyatakan, yang kadang-kadang secara implisit menyatakan hubungan antara jumlah output yang diminta dan tingkat harga agregate. Dan kalau disambungkan dan melihat dari apa pengertian AD (agregate demand) bisa dilihat dari output yang ada pada kopi berbanding dengan harga kopi yang kian lama kian merangkak naik.
Namun kenaikan kopi di bursa global ternyata tidak begitu dinikmati oleh petani lokal. Sabam Malum Ketua Forum Kopi Sumatera Utara mengatakan, “harga kopi ditingkat petani memang ikut naik dalam 2 bulan terakhir. Harga kopi arabica yang terus merangkak naik mulai dari Rp 20.000 per Kg, naik dari bulan lalu yang masih dikisaran Rp 13.000 - Rp 14.000 per Kg”, ujarnya kepada KONTAN.
“Harga kopi yang ideal bagi petani minimal Rp 25.000 per kg. Perhitungannya seperti ini, dalam proses memetik dan menguliti petani mesti mengeluarkan biaya Rp 12.000 – 14.000 per Kg” Ujarnya. Dengan melihat dari pernyataan yang dikatakan oleh Sabam Malum sebagai ketua forum kopi Sumatera Utara bahwa antara pengeluaran yang dikeluarkan buat modal utama para petani tidak sebanding dengan pendapatan yang didapatkan oleh petani tersebut. Ini belum ditambah biaya pemeliharaan pohon dan juga pemberian pupuk kemudian  kalau seandainya dengan biaya pemeliharaan dan perawatannya semuanya belum bisa menutupi nilai modalnya dan bisa dikatakan masih rugi.
Dan kenyataanya masih banyak ada masalah yang bisa mengurangi modal utama tersebut dengan adanya serangan hama yang telah menggerus produksi kopi nasional. Dan dengan adanya kejadian tersebut pemerintah mengupayakan beberapa strategi untuk jangka pendek, dengan cara peningkatan dan pengendalian dan bantuan agro input bagi petani.  Kemudian untuk jangka panjang pemerintah, kementaan bakal mengenjot progam rehabilitas dan peremajaan dengan klon-klon unggul. Karenanya menambah permintaan produksi kopi naik maka pemerintah Indonesia meningkatkan produksi kopi tersebut, dan mempengaruhi belanja pemerintah dan menggeser kurva permintaan ke kanan.     

DAFTAR PUSTAKA
Bishop, Matthew, 2010. Ekonomi Panduan Lengkap Dari A Sampai Z. Yogyakarta: BACA
Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga
Glassburner, Bruce dan Aditiawan. 1998. Teori Dan Kebijaksanaan Ekonomi Makro. Jakarta: Media Pratama
Handoko, Hani, 2009. Manajemen. BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta
Mankiw, N. Gregory, 2003. Teori Makro Ekonomi, Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N. Gregory, 2002. Pengantar Ekonomi, Edisi 2 jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N. Gregory, 2006. Pengantar Ekonomi Makro, edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
Mankiw, N. Gregory, 2006. Makroekonomi, edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Putong, Iskandar. 2010. Pengantar Ekonomi Makro Edisi 2. Penerbit Mitra Wacana Media: Jakarta.
Sukirno, Sadono, 2006. Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sutojo, Siswanti. 2009. Kerangka Dasar Ilmu Ekonomi. PT. Damar Mulia Pustaka: jakarta.

Sumber Internet:



[1] Putong, Iskandar. 2010. Pengantar Ekonomi Makro Edisi 2. Penerbit Mitra Wacana Media: Jakarta.
[2] Mankiw N. Gregory. Liza Fitria dan Nurmawan Imam (penerjemah). 2006. Makroekonomi. Penerbit Erlangga: Jakarta
[3] Sutojo, Siswanti. 2009. Kerangka Dasar Ilmu Ekonomi. PT. Damar Mulia Pustaka: jakarta.
[4] Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. PT. Gelora Pratama.
[6] Glassburner, Bruce dan Aditiawan. 1998. Teori Dan Kebijaksanaan Ekonomi Makro. Jakarta: Media Pratama
[7] Ibid, 322

Tidak ada komentar:

Posting Komentar